Makam-Makam Sultan Banjar
Posted: Selasa, 16 Oktober 2012 by Tahta Banjar in
4
Dalam Kesempatan ini kami mencoba menelusuri Makam-makam Raja Banjar, terhitung dari Zaman Kesultanan yang ada di Kalimantan dan Pulau Jawa, dan Mohon Maaf jika Posting ini kami Copas dari Blog lain tujuan kami supaya Generasi Muda Banjar mengetahuinya, Namun masih ada lagi Beberapa makam Sultan yang belum diketahui, mohon infonya kepada Saudara-Saudara kalau ada yang mengetahuinya.
Sultan Suriansyah
Sultan
Suriansyah atau Sultan Suryanullah atau Sultan Suria Angsa
adalah Raja Banjarmasin pertama yang memeluk Islam. Ia memerintah tahun
1520-1540 Pangeran Samudera merupakan raja Banjar pertama sekaligus raja Kalimantan pertama yang bergelar Sultan yaitu Sultan
Suryanullah. Gelar Sultan Suryanullah tersebut diberikan oleh seorang Arab yang
pertama datang di Banjarmasin, beberapa waktu setelah Pangeran Samudera diislamkan
oleh utusan Kesultanan Demak.Setelah mangkat Sultan ini mendapat
gelar Anumerta Panembahan Batu Habang atau Susuhunan Batu
Habang, yang dinamakan berdasarkan warna merah (habang)
pada batu yang menutupi
makamnya di Komplek
Makam Sultan Suriansyah
di kecamatan
Banjarmasin
Utara, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Sultan Rahmatullah
Sultan Rahmatullah adalah Sultan
ke-II dari Kesultanan Banjar. Sultan Rahmatullah
adalah anak tertua dari Sultan Suryanullah (Suriansyah) – Sultan
Banjar. Sultan ini
memerintah tahun 1550 – 1570 dan mendapat gelar anumerta Panembahan
Batu Putih atau Susuhunan Batu Putih, yang dinamakan berdasarkan warna putih pada batu yang menutupi
makamnya di Komplek
Makam Sultan Suriansyah di
Kecamatan Banjarmasin
Utara, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indonesia.
Sultan Hidayatullah
Sultan Hidayatullah I
bin Sultan Rahmatullah adalah Raja III dari Kesultanan Banjar yang memerintah
antara 1570-1595. Ia menggantikan
ayahnya Sultan Rahmatullah
(Raja II Kesultanan Banjar). Setelah wafatnya beliau mendapat gelar anumerta Panembahan
Batu
Irang atau Sunan Batu Irang, karena batu-batu
yang menutupi makamnya berwarna hitam (bahasa Banjar hirang). Ia senang
memperdalam syiar
agama Islam. Pembangunan masjid dan langgar (surau) telah banyak
didirikan dan berkembang pesat hingga ke pelosok perkampungan. Ia ada
memperistri anak dari Khatib
Banun,
seorang menteri Kesultanan Banjar yang berasal dari kalangan Suku Biaju. Ia dimakamkan
di Komplek
Makam Sultan Suriansyah yang
terletak di Kelurahan Kuin Utara, Kecamatan Banjarmasin
Utara, Kota
Banjarmasin. Makan Sultan Hidayatullah berdampingan dengan Makan Sultan Rahmatullah orang tua beliau.
Sultan Musta’inbillah
Belum ada data
Sultan Inayatullah
Sultan
Inayatullah alias Ratu Agung, nama sebelumnya Pangeran Dipati
Tuha (ke-1) atau Sultan Indallah adalah Sultan Banjar antara
tahun 1642-1647. Sultan Inayatullah
adalah gelar resmi yang digunakan dalam khutbah Jumat di
masjid-masjid, sedangkan gelar yang dimasyhurkan/dipopulerkan adalah Ratu
Agung. Nama kecilnya tidak diketahui, sedangkan gelarnya sebagai Dipati (pejabat
di bawah mangkubumi) adalah Pangeran Dipati Tuha I.
Beliau adalah putera dari Sultan Mustain Billah.
Sultan Sa’idullah
Belum ada data
Sultan Tahlilullah
Sultan Tahlilullah berputra enam
orang yaitu Pangeran Tamjidullah, Pangeran Nullah, Pangeran Dipati, Pangeran
Istana Dipati, Pangeran Wira Kasuma dan Pangeran Mas. Pangeran Mas kelak
menjadi mangkubumi dengan gelar Ratu Anom Kasuma Yuda (mangkubumi Sultan Tahmidullah II). Kyai
Martaraga dilantik menjadi penghulu (ulama keraton) tahun 1752. Sepupu Sultan
Sepuh yang bernama Pangeran Suryanata menjadi ketua Dewan Mahkota. Ia tinggal
di Martapura dan meninggal tahun 1750. Putera almarhum yang bernama Pangeran
Prabukasuma menggantikan sebagai ketua Dewan Mahkota. Beberapa anggota Dewan
Mahkota tinggal di luar Kayu Tangi
yaitu Pangeran Marta dan Pangeran Ulahnegara yang tinggal di Margasari dan Pangeran
Wiranata tinggal di Tapin
Sultan Tahmidullah
Belum
ada data
Sultan
Tamjidillah
Sultan Tamjidillah I bin
SultanTahlilullah adalah Sultan Banjar antara
tahun 1734 1759 (mangkat
1767) atau Panembahan Tingi.
Pangeran Tamjidillah I semula
menjabat mangkubumi kemudian setelah wafatnya Sultan Hamidullah atau Sultan
Kuning ia bertindak sebagai wali Putra Mahkota yaitu Muhammad Aliuddin Aminullah yang
belum dewasa.
Tetapi kemudian mengangkat dirinya menjadi Sultan dengan
gelar Sultan Sepuh. Sultan Sepuh dibantu adiknya Pangeran Nullah
(Panembahan Hirang) sebagai mangkubumi (kepala
pemerintahan).
Sultan Badarul Alam
Pengganti Sultan Tahmidilllah I
adalah Sultan Kuning atau Sultan Badarul Alam bin Sultan Tahlilullah, namun
dalam tahun itu (1734 Masehi) Sultan Kuning mangkat sedangkan anaknya, Muhammad
Aliuddin Aminullah masih belum dewasa. Maka, Pangeran Tamjid atau Pangeran
Tamjidillah yang memangku jabatan mangkubumi dengan gelar Sultan Muda untuk
memegang pemerintahan.
Sultan
Tahmidillah
Sultan Tahmidillah II (Sunan Nata
Alam atau Maulana As Sulthan Tahmidillah bni As Sulthan Tamjidillah
atau Tahhmid Illah II atau Panembahan Batoe) adalah Sultan
Banjar tahun 1761-1801. Sunan Nata Alam atau Susuhunan Nata Alam adalah
gelar yang digunakannya sejak tahun 1772. Sedangkan gelar tahmidillah
merupakan paduan dari kata Tahmid dan Allah, secara harafiah Tahmid berarti
keadaan menyampaikan pujian atau rasa syukur berkali-kali (kepada
Allah). Sultan Tahmidillah II putera dari Sultan Tamjidullah I. Sultan
Tahmidillah II menikah dengan Putri Lawiyah, puteri dari Sultan Muhammad.
Pangeran naik tahta menggantikan Sultan Muhammad yang meninggal karena sakit
paru-paru yang dideritanya sejal awal pemerintahnnya (1759). Atas perintah
Dewan Mahkota tahun 1762 saudara Sultan Nata yang bernama Prabujaya dilantik
menjadi mangkubumi
Sultan Sulaiman Rahmatullah
Sultan Sulaiman Al-Mu’tamidullah/Sultan Sulaiman Saidullah bin Sunan Sulaiman Saidullah/Sunan Nata Alam/Sultan
Tahmidillah II adalah Sultan Banjar yang memerintah antara tahun
1801-1825. Kesultanan Banjar terletak di Kalimantan Selatan. Adiknya
Pangeran Mangku Dilaga dilantik sebagai Mangkubumi dengan gelar Ratu Anum
Mangku Dilaga. Belakangan Ratu Anum Mangku Dilaga ditahan kemudian dibunuh oleh
Sultan Sulaiman karena diduga akan melakukan kudeta. Jabatan mangkubumi
kemudian dipegang oleh Pangeran Husin dengan gelar Pangeran Mangkubumi Nata
putera Sultan Sulaiman sendiri.
Sultan Adam Al Wasiqubillah
Sultan Adam Al-Watsiqbillah bin Sultan Sulaiman Saidullah II adalah Sultan Banjar yang
memerintah antara tahun 1825-1 November 1857. Sultan Adam dilahirkan di Desa
Karang Anyar, Kec. Karang Intan Kabupaten Banjar.
Sultan Adam putra tertua dari
Sultan Sulaiman Rahmatullah yang berjumlah 23 orang. Sultan Adam memiliki
saudara kandung sebanyak 5 orang dan saudara seayah 17 orang.
Sultan Muda Abdurrahman
Belum ada data
Pangeran
Hidayatullah
Pangeran Hidayatullah diangkat
menjadi Sultan Banjar berdasarkan Surat Wasiat Kakek beliau Sultan Adam.
Pengangkatan ini dilakukan karena ayah Pangeran Hidayatullah, Sultan Muda
Abdurrahman wafat.
Lahir di Martapura pada tahun
1822 M, di-didik secara Islami dipesantren Dalam Pagar Kalampayan (Didirikan
oleh Syekh Muhammad Arsyad Al-banjari, salah seorang tokoh Agama Islam di
Nusantara) sehingga memiliki ilimu kepemimpinan serta keagamaan yang cukup
tinggi untuk kemudian dipersiapkan menjadi Sultan.
Sebelum menjadi Sultan sempat menduduki jabatan
sebagai Mangkubumi Kesultanan pada tahun 1855 M. Pada saat itu jabatan
Mangkubumi diangkat oleh Kolonial Belanda dengan persetujuan Sultan Adam.
Dengan menduduki jabatan tersebut maka Pangeran Hidayatullah bisa lebih memahami
& menyelami kondisi Kesultanan maupun rakyat Banjar, serta mengetahui
kekuatan dan kelemahan kolonial Belanda (spionase), hal tersebut sangat berguna
untuk persiapan perang
Pangeran Antasari
Pangeran Antasari (lahir di
Kayu Tangi, Kesultanan Banjar, 1809
dan meninggal di Bayan Begok, Hindia-Belanda, 11 Oktober 1862 pada umur 53
tahun) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia.
Ia adalah Sultan Banjar. Beliau
menggantikan Sultan Hidayatullah Khalilullah atau Sultan Hidayatullah II.
Pada 14 Maret 1862, beliau dinobatkan
sebagai pimpinan pemerintahan tertinggi di Kesultanan Banjar (Sultan Banjar)
dengan menyandang gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin dihadapan para
kepala suku Dayak dan adipati (gubernur) penguasa wilayah Dusun Atas, Kapuas dan Kahayan yaitu
Tumenggung Surapati/ Tumenggung Yang Pati Jaya Raja.
Muhammad Seman
Sebagian Sumber kami ambil di :